Followers

Google
 

Ladang Emas dari Abon Tuna

Saturday, August 22, 2009

Bermula dari kegemaran makan ikan dalam keluarganya, Nurul Indah Khasanah (36) mencetuskan ide kreatif membuka usaha di bidang makanan ringan abon. Abon yang dibuat pun bukan berbahan daging sapi seperti yang selama ini lazim dikenal, melainkan dari olahan ikan tuna.

Usaha bermodal awal Rp 20 juta ini dilakoni Indah sejak tahun 2007. Meski masih seumur jagung, namun perkembangan usaha yang diberi nama dagang, Abon Tuna Khansa Food ini telah menggurita. Dalam satu bulan, Indah kini memasarkan sekitar 600 kilogram abon tuna bernilai lebih kurang Rp 72 juta.

”Tadinya saya tidak menyangka (usaha) akan jadi sebesar ini,” ujar Indah saat ditemui di rumah sekaligus tempat usahanya di Kayen, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (14/8).

Keluarga dari suami Indah yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan, yang ”menjerumuskannya” dalam bisnis ini. Dari mereka, Indah mempelajari pengolahan berbagai makanan berbahan ikan, termasuk makanan tradisional Palembang, ”sambel lingkung” atau di Jawa dikenal dengan abon.

Dari situ, insting bisnis Indah berjalan. Ia berpikir untuk menjual sambel lingkung yang menjadi menu favorit keluarganya itu dalam bentuk kemasan. ”Awalnya saya tawarkan ke saudara, tetangga, dan teman. Semuanya bilang enak,” katanya.

Indah pun memutuskan menekuni serius bisnis abon tuna ini dan mulai memasarkannya setelah mendesain kemasan dan mengurus segala perizinan usaha ke pemerintah daerah Sleman, DI Yogyakarta. Namun, kesuksesan tidak diperolehnya dengan mudah.

Awalnya, Indah harus bergelut dengan penolakan pasar tradisional karena harga jual produknya yang dinilai tinggi untuk pasaran DI Yogyakarta, yakni Rp 12.000-Rp 20.000 per 100 gram. ”Selain itu, produk makanan berbahan dasar ikan juga kurang familiar bagi masyarakat Yogyakarta,” katanya.

Indah yang sempat putus asa lalu mencoba mengalihkan pasarannya ke supermarket-supermarket yang dinilainya punya konsumen kelas menengah ke atas dan telah cukup familiar dengan produk makanan berbahan ikan. ”Setelah enam bulan berjuang, akhirnya produk saya bisa diterima pasar,” kata ibu dua anak ini.

Saat ini, produk Abon Tuna Khansa dipasarkan di 35 supermarket di DIY. Indah juga memakai strategi pemasaran secara online via situs internet yang dibuatnya.

Hasilnya, produk abon tuna juga sukses merambah keluar DIY melalui 23 agen Khansa Food. Kota-kota yang telah dipasok, seperti Jakarta, Lampung, Bali, Malang, Padang, Kalimantan, bahkan sampai ke Singapura.

Dari awalnya dikerjakan secara manual, berkat perkembangan usahanya itu, Indah kini telah memiliki empat mesin produksi abon tuna dengan kapasitas produksi berkisar 30-60 kg per hari yang dikerjakan empat orang tenaga kerja.

Rempah-rempah

Jenis produk yang dibuat kini juga berkembang menjadi nugget, bakso, dan otak-otak, yang kesemuanya tetap berbahan dasar tuna. Semua produk itu, kata Indah, tidak menggunakan MSG (monosodium glutamat) atau penyedap makanan berbahan kimia.

Indah mengatakan, yang digunakannya sebagai kunci rasa abon adalah paduan dari berbagai rempah-rempah nusantara yang diolahnya. ”Saya tidak bisa sebutkan apa saja rempah-rempahnya karena rahasia perusahaan,” kata perempuan yang sarjana arsitektur ini.

Sebenarnya, berbagai jenis ikan dapat diolah menjadi abon, tetapi Indah memilih ikan tuna karena daging yang tebal dan mudah diperoleh. Tuna juga punya kandungan gizi tinggi karena mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang berkhasiat memperkecil risiko serangan jantung dan meningkatkan kecerdasan.

”Kalau ikan tenggiri terlalu mahal, ikan gabus banyak durinya, ikan marlin susah didapat,” ujarnya. Ikan tuna yang diolah juga tidak sembarangan karena harus berberat minimal 50 kg. Jika beratnya kurang dari itu, seratnya akan mudah hancur ketika diolah menjadi abon.

Saat ini, Indah masih bermimpi untuk meluaskan jaringan pemasaran ke seluruh Indonesia dan luar negeri. Dengan produknya itu, ia juga berharap bisa ikut menyukseskan program gerakan makan ikan yang digalakkan pemerintah.

Sumber : KOMPAS

0 comments: