Followers

Google
 

Nikmati Manisnya Laba Olahan Rosela

Friday, March 27, 2009

Selama ini, kita lebih mengenal produk olahan bunga rosela dalam bentuk teh. Tapi, di tangan Uun Unerie, rosela diolah menjadi sirup, manisan, dan minuman sari buah. Permintaan pasar terus mengalir.

Kini, Uun telah memasarkan produknya ke sejumlah kota dan omzetnya bisa belasan juta rupiah per bulan.

Anda pasti sudah mafhum bahwa bunga rosela memiliki banyak manfaat. Banyak orang mengonsumsi rosela untuk menurunkan tekanan darah, membasmi cacing, melancarkan air seni, antiseptik, antiradang, menurunkan panas, hingga meluruhkan dahak. Pengusaha pun berlomba mencari celah untuk mengolah tanaman ini menjadi produk yang laku dijual.

Salah satu olahan rosela yang paling menjamur adalah dalam bentuk teh. Tapi belakangan, muncul kreasi lain. Uun Unerie, misalnya, memasarkan rosela dalam bentuk sirup, manisan, dan minuman sari buah. "Saya ingin membuat sesuata yang belum banyak dilakukan orang," dalihnya.

Uun mengawali bisnisnya sejak 2007, di bawah bendera Agro Mitra Abadi. la memakai merek dagang Essa, yang merupakan nama salah satu anaknya. Ketika itu, modal awalnya hanya Rp 1 juta.

Selain ingin meningkatkan nilai jual rosela, alasan Uun nyemplung di bisnis yang sedang naik daun ini lantaran pasokan rosela di daerahnya, yakni Cirebon, sangat melimpah. la lantas membuat berbagai olahan bunga rosela. "Saya coba-coba dan saya konsumsi ternyata enak, maka saya pasarkan," kata perempuan 34 tahun ini.

Uun mengemas produk olahan roselanya dalam aneka ukuran. Ia membuat kemasan sirup dalam ukuran 700 mililiter (ml) botol kaca dan 250 ml botol plastik. Harga sirup yang besar Rp 12.500, sedangkan yang berukuran kecil Rp 6.000.

Uun juga mengemas manisan menjadi dua. Pertama, kemasan 125 gram (gr) dengan harga Rp 5.000 per kemasan dan dalam bentuk kemasan toples plastik 150 gr seharga Rp 7.000. Sementara, khusus minuman sari buah, ia hanya menyediakan satu kemasan ukuran 150 ml dengan wadah botol kaca. Harganya Rp 2.500 sebotol atau Rp 25.000 per satu karton berisi 10.

Meski sudah berkreasi dengan aneka olahan rosela, bukan berarti Uun tak menyentuh pasar teh rosela. Dengan alasan untuk memenuhi permintaan pasar, perempuan kelahiran 27 Oktober ini juga membuat teh dalam dua bentuk. Bentuk kelopak utuh dikemas dalam dua ukuran, yakni 100 gr seharga Rp 10.000, dan kemasan 35 gr seharga Rp 5.000. Sementara, harga teh yang sudah siap seduh di dalam wadah toples 100 gr adalah Rp 12.500.

Uum masih mengerjakan semua proses pembuatan olahan rosela dengan peralatan sederhana. Pekerjanya hanya tiga orang. Namun, jangan tanya jumlah agen penjualnya. "Total agen saya ada 35," akunya.

Dengan agen penjualan sebanyak itu, produk Uun bisa menjelajah sampai jauh ke luar Cirebon. Meski 90 persen pasar Uni masih di daerah Cirebon, Indramayu, dan Kuningan, toh produknya juga sampai ke Bandung, Purwakarta, dan Jakarta. Selain lewat agen, produknya juga dipasarkan ke sejumlah toko oleh-oleh. "Saya pakai sistem konsinyasi," katanya.

Hasil coba-coba Uun menuai hasil manis. Per bulan, ribuan produknya laku terjual. Sirup dan teh masing masing bisa terjual sampai 1.000 kemasan. Sedangkan manisan rosela mampu terjual antara 600 sampai 700 kemasan. Minuman sari rosela terjual paling banyak, yakni sampai 3.000 botol.

Dengan volume penjualan seperti itu, dalam sebulan rata-rata Uun mampu meraup omzet sekitar Rp 16 juta. Dari pendapatan kotor sebesar itu, ia mampu mencuil laba bersih sekitar 20 persen.

Meski fulus sudah mengalir dari bisnis aneka olahan rosela bikinannya, isteri Heri Supriyanto ini mengaku tak akan berhenti melakukan inovasi. la mempunyai rencana mengerakan minuman sari rosela dalam bentuk usaha kaki lima di mal. "Seperti apa yang dilakukan Teh Tong Dji," katanya berangan-angan. (Anastasia Lilin Yuliantina/Kontan)
Selengkapnya...

Dari Pecel, Hasilkan Duit Ratusan Juta

Tuesday, March 24, 2009

Sebagian orang mengenal dan menyukai menu pecel. Makanan khas daerah ini berisi ramuan aneka sayuran yang disiram bumbu kacang. Kenikmatan rasa pecel sangat tergantung pada bumbu olahannya.

Bumbu pecel tak hanya disukai di dalam negeri. Bumbu pecel yang sudah dikemas ternyata juga menyebar ke berbagai negara lain, contohnya Hongkong, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Belanda.

Salah satu produsen bumbu pecel kemasan adalah Himawati. Wanita 35 tahun ini sudah menggeluti pembuatan bumbu pecel sejak dua tahun lalu di bawah bendera UD TYM. Walau baru seumur jagung, kelezatan bumbu pecel Himawati ini sudah terkenal sampai ke luar negeri, khususnya para pelanggannya di Hongkong. Tak heran jika dalam sebulan, mantan pedagang pakaian anak ini mampu meraup omzet Rp 21 juta.

Awalnya, Himawati mengaku iseng menjual bumbu pecel di sekitar rumahnya. "Resepnya warisan keluarga," ujarnya. Tak disangka, banyak yang menyukai bumbu pecel ini. "Itu sebabnya, saya pakai nama merek Cap Jempol sebab rasanya memang jempolan," ujarnya.

Dari hari ke hari, permintaan bumbu pecel buatan Himawati terus naik. Bahkan, produksi bumbu pecelnya pernah mencapai 35 kilogram per hari. Sayang, belakangan ini, produksi bumbu pecel Cap Jempol terus turun hingga tinggal sekitar 20 kilogram per hari.

"Untuk menjaga citarasa, saya selalu memasarkan hasil produk dalam keadaan segar, tak seberapa lama setelah dipesan. Makanya, saya tak mau masuk ke jaringan ritel modern," ujarny, berbagi rahasia.

Himawati menjual bumbu pecel Cap Jempol Rp 35.000 per kg atau Rp 3.500 per ons. "Dari tiap ons, saya hanya mendapat untung Rp 400," lanjut pengusaha asli Surabaya ini. Namun, karena permintaannya banyak, keuntungan kecil tersebut bisa menjadi besar juga.

Menurut Himawati, produknya terbilang mahal untuk rata-rata harga bumbu pecel di Surabaya. Sebab, ia lebih mementingkan kualitas produk yang terbuat dari hampir 100 persen kacang. "Kalau yang lainnya bisa murah karena dicampur singkong. Sementara, saya benar-benar pakai kacang kualitas nomor satu sehingga produk saya tahan sampai enam bulan," ujarnya.

Tak hanya produk bumbu pecel Cap Jempol yang diminati pembeli luar negeri. Bumbu pecel Karangsari dari Blitar ternyata lebih dahsyat. Sekarang, bumbu pecel ini menembus pasar Belanda, AS, Australia, Hongkong, Arab Saudi, dan sebagainya.

Bumbu pecel Karangsari sudah bertahan selama 30 tahun. "Rasa bumbu pecel Karangsari lezat, makanya banyak yang cocok," ajar Sutanto, pemilik Gracia Trading, pemasar resmi bumbu pecel Karangsari di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Dalam sebulan, Gracia Trading bisa memasok lima ton bumbu pecel Karangsari untuk wilayah Jabodetabek. Omzet rata-rata Sutanto, yang juga mapan sebagai pengusaha toko besi ini, sekitar Rp 100 juta per bulan. "Itu baru untuk pasar tradisional. Kalau sudah masuk pasar modern, ada jalur distribusi sendiri. Kebetulan, saya tidak memegang pemasarannya," lanjut Sutanto yang juga masih kerabat dekat pendiri bumbu pecel Karangsari.

Harga sebungkus bumbu pecel Karangsari ukuran dua ons Rp 4.000. Sementara, harga perkilogram Rp 20.000. "Khusus eceran, ukuran dua ons harganya Rp 7.000," lanjut Sutanto. Dari harga tersebut sebagai pemasar resmi, ia menangguk margin laba sampai 20 persen per bungkus. (Aprillia Ika/Kontan)
Selengkapnya...

"Low Rider", Industri dengan Hasil Tidak "Low"

Di tengah himpitan krisis ekonomi yang sedang melanda berbagai bidang dalam dunia usaha di Tanah Air, ternyata ada satu usaha yang masih bertahan dengan sangat baik. Low Rider...

Ya, orang sering bilang, apa-apa yang keluar dari hati biasanya akan melahirkan hasil yang jauh lebih baik. Mungkin itu juga yang terjadi dengan bisnis yang dijalankan Rio.

Sejak tahun 2007, pemuda ini mengembangkan bisnis yang juga menjadi hobinya, sepeda.

Bukan sembarang sepeda, sepeda yang dirakit dan dijadikan sumber penghasilan dari salah seorang warga Jalan Raya Jatimakmur, Pondok Gede, Bekasi, ini berjenis low rider. Sebuah varian sepeda lain di antara pilihan sepeda lain yang telah lebih dulu dikenal macam, baik sepeda balap, sepeda gunung, maupun sepeda lipat.

Sesuai namanya, sepeda rakitan Rio menjadi begitu ceper dan pendek, mirip sepeda anak kecil, tetapi menggunakan ban besar. Tak hanya itu, keunikan lain pun terletak pada bentuknya, macam motor Harley Davidson tanpa mesin.

Rio melakukan perakitan sesuai pesanan, yang biasanya memakan waktu hingga dua minggu. Meski krisis, usaha tersebut bisa bertahan karena sudah mempunyai komunitas tersendiri yang cenderung bertambah. Low rider rakitan Rio rata-rata dijual antara Rp 1,5 juta dan Rp 5 juta per buahnya. Hebat, dari hobi menjadi penghasilan....
KOMPAS Agus Susanto
Selengkapnya...

Goresan Rezeki dari Melukis Kaca

Thursday, March 19, 2009

Menyulap kaca menjadi produk bernilai ekonomi tinggi memang membutuhkan keterampilan lebih. Umumnya, keterampilan ini menyangkut teknik melukis di wahana kaca. Hasilnya, bentuk unik dan menarik.

Salah satu yang menggeluti bisnis ini adalah Dheamy Nur Alam. Mengusung nama Vai Glass Painting, ia sudah 12 tahun melakoni bisnis ini. Berkat keterampilannya itu, ia bisa mengubah kaca menjadi barang bernilai jutaan rupiah. "Sebenarnya, ini bisnis kakak saya yang sudah lama ditinggalkan, tapi saya hidupkan lagi," katanya merendah.

Bisnis melukis kaca memang cukup menjanjikan. Selain karena pemainnya masih sedikit, peminat lukisan kaca juga terus bertambah. Umumnya, orang memanfaatkan lukisan kaca untuk hiasan desain interior. Kaca yang menjadi media lukis beragam, seperti kaca meja, partisi lemari, jendela, dan cermin.

Harganya juga tidak murah. Banderol kaca yang telah diberi sentuhan seni saat ini rata-rata antara Rp 500.000 sampai Rp 5 juta sekeping. "Tergantung dimensi dan kerumitan motif," ujar Dreamy.

Dheamy membeberkan, dari sedikit pemain di bisnis ini, beberapa di antaranya berada di Cirebon. Namun, Dheamy mengklaim lukisan kacanya punya kelebihan tersendiri dibanding buatan orang lain. "Punya saya beda. Sebab, saya melukis dari sisi depan bukan dari sisi belakang," ucapnya.

Dheamy merintis usahanya tahun 1996 dengan modal Rp 500.000. Modal segini habis untuk membeli cat, kaca, dan perlengkapan melukis.

Meski modal awalnya cuma seuprit, toh, Dheamy sukses menekuni bisnis ini. Buktinya, ia terus menambah jumlah karyawannya. Awalnya, ia hanya bekerja sendirian. "Sekarang, saya sudah memiliki lima karyawan di bidang desain motif," katanya.

Omzetnya Rp 40 juta

Dheamy juga berhasil meraup omzet tebal dari bisnis lukisan kaca untuk hiasan desain interior ini. Dalam sebuIan, ia mengantongi omzet mencapai Rp 40 juta. "Saya mengambil margin penjualan hampir 100 persen," ungkapnya.

Toh, bagi Dheamy, pendapatan segitu masih terbilang kecil. "Sebenarnya, saya bisa mendapat omzet lebih besar lagi jika mampu menjual lebih banyak. Tapi, saya terkendala pemasaran yang tidak maksimal," jelasnya.

Selama ini, Dheamy hanya mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. "Dengan cara seperti ini, Saya sudah dapat konsumen lumayan banyak. Apalagi kalau dipasarkan profesional," katanya.

Selain pemasaran, kata Dhemy, kunci sukses bisnis ini adalah keunikan motif dan desain lukisan. Ini tergantung teknik melukis di atas kaca. Perlu trik khusus agar hasilnya maksimal dan cat yang telah digoreskan pada kaca tidak meleleh atau luntur.

Dheamy mengaku punya trik khusus. "Saya memakai cat lokal, tapi sudah saya ramu ulang. Meski tergores kuku sekalipun, catnya tidak copot," ujarnya bangga.

Melukis di atas kaca memang tidak bisa menggunakan cat seperti melukis pada kanvas. "Jenis cat kaca ini lebih mahal," ujar Dheamy. Meski begitu, ia tak perlu merogoh kocek dalam-dalam saat menggeluti usahanya ini. "Biaya produksinya dari uang muka klien," bebernya.

Kendati usaha bidang perlu bakat seni, bukan berarti bidang ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang piawai melukis. "Semua pasti bisa menggeluti usaha ini. Yang penting, ada ketekunan bisa mendesain motif," Dheamy meyakinkan. (Kontan/Dessy Flosalina)

Vai Glass Painting
JL. Sunan Sedayu No. Rawamangun/ UKM Lt II Blok DC-004. Telp. (021) 5755775
Selengkapnya...

Kertas Unik dari Batang Pisang

Monday, March 16, 2009

Pohon pisang hanya dapat berbuah sekali, setelah itu pohon tersebut harus dibuang. Selain buah, masyarakat juga memanfaatkan daunnya, sedangkan batangnya dibuang.

Siapa sangka, batang pohon pisang tersebut dapat diolah menjadi barang lain yang kreatif dan mempunyai nilai guna yang cukup tinggi.

Saat ini batang pohon pisang dapat diolah menjadi kertas atau sering juga disebut art paper. Yaman, perajin art paper dari Bogor Kreatif, menjelaskan, proses pembuatan art paper tidak rumit. "Tinggal cari batang pohon pisang, lalu dihaluskan," kata Yaman kepada Kompas.com.

Untuk menghaluskan batang pohon pisang tersebut dapat menggunakan blender ataupun alat untuk menggiling daging. "Untuk seberapa lama proses penghancuran batang, tergantung ingin seberapa halus serat yang kita hasilkan," ujar Yaman. Jika ingin mendapat serat yang sangat halus, maka proses penghancurannya akan lebih lama dibanding jika ingin mendapat serat yang kasar.

Lalu proses selanjutnya adalah penjemuran. "Setelah dihaluskan, letakan di atas scan atau cetakan sablon, lalu dijemur. Kalau panasnya bagus, sehari juga cukup," terang Yaman.

Setelah kertas kering, dapat langsung digunakan atau dapat juga ditambahkan warna. Untuk pewarnaannya, Yaman menggunakan bahan dari alam seperti gambir, kunyit, atau daun pandan. Untuk pewarna buatan, ia menggunakan sepuhan atau perwarna pakaian.

Proses pewarnaannya pun ada dua macam, yang pertama dengan proses pencelupan dan yang kedua adalah dengan proses pentotolan menggunkan spons. "Kalau mau satu warna tinggal dicelup saja. Tapi kalau warna gabungan, ambil warna pertama dengan spons, lalu totolkan di atas kertas. Tunggu sebentar lalu totolkan warna kedua,' jelas Yaman.

Jika merasa hasilnya kurang bercorak, proses pembatikan pun dapat dilakukan pada art paper tersebut. Caranya seperti membatik biasa, yaitu menggunakan canting dan malam. "Tapi jangan terlalu panas karena malamnya mempuyai sifat minyak. Nanti motif batik yang digambar bisa melebar ke mana-mana," kata Yaman mengingatkan.

Berbeda dengan proses pembatikan yang harus direndam untuk menghilangkan malam pada kain, pada art-paper ini malam akan rontok dengan sendirinya. Selain itu, ternyat masih ada cara lain untuk membuat art paper tampak lebih menarik, yaitu dengan memberikan aksen daun di dalamnya. Yaman menjelaskan, cara pembuatannya adalah seperti dua kali pembuatan art paper. Pertama seperti membuat art paper, setelah kering, beri daun di atasnya lalu siram lagi dengan bubur batang pisang, terakhir keringkan kembali. Daun yang dipakai bisa daun apa saja, tidak ada daun khusus.

Art paper ini dapat digunakan untuk boks, memo, dan kartu undangan. Selain itu bisa juga dipakai pada kap lampu agar sinar lampu lebih redup.
C5-09
Selengkapnya...

Bisnis Es Teh Saring, Untungnya Bisa Rp 3 Juta Per Bulan

Thursday, March 12, 2009

HAMPIR semua orang merasakan dampak krisis finansial global, bahkan ancaman PHK sudah membayangi sejumlah pekerja. Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk mereka. Untuk menepis kekhawatiran itu, tidak ada salahnya jika Anda mencoba usaha melalui semacam waralaba dengan modal kecil.

Salah satu usaha waralaba dengan modal ringan yang ditawarkan PT Sari Wangi A.E.A adalah DMD, yakni produk minuman yang sangat populer, es teh saring. Modal awal cuma sekitar Rp 11 juta, tapi untungnya bisa sampai sekitar Rp 3 juta per bulan.

DMD diluncurkan sejak Agustus 2008 pada acara Jakarta Fair di arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Saat diluncurkan, langsung terseleksi 15 mitra. Tapi, kini jumlah mitra DMD sudah mencapai 172 yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. ”Booth DMD ada di pasar tradisional, mal, terminal, stasiun, sampai pool bus. Kami masih pada tahap sebagai bisnis kesempatan, belum sampai tahapan waralaba,” kata Asisten Manajer Pengembangan Bisnis PT Sari Wangi A.E.A Bidho Travolta Khiunniko di kantornya di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan, Selasa (10/3).

Untuk menjadi mitra DMD cukup menyediakan modal awal Rp 5,5 juta untuk satu unit paket DMD. Akan tetapi, ditambah lagi untuk pengeluaran bahan baku yang diasumsikan sekitar Rp 6 juta.

Langkah awal menjadi mitra adalah mengajukan kerja sama secara lisan dan membayar uang muka Rp 500.000 per unit DMD. Pemohon mengajukan rencana lokasi DMD dan akan disurvei oleh calon mitra dan tim dari DMD. Pertimbangan lokasi disetujui atau tidak berdasarkan hasil survei atas kelayakanan lokasi. ”Misalnya lokasi harus ramai, mudah dilihat, dan mudah dijangkau, serta ada hal yang sifatnya teknis,” kata Bidho.

Jika tidak disetujui, pemohon bisa mencari alternatif lokasi. Jika disetujui, maka tinggal dilakukan pelunasan pembayaran dan surat perjanjian. Setelah itu dilakukan pelatihan dan standard operating procedure (SOP), pengiriman, dan penataan booth. ”Hanya dibutuhkan waktu sepuluh hari (sejak mengajukan permohonan) sudah bisa langsung beroperasi,” kata Adi Adnyana dari unit bisnis PT Sari Wangi A.E.A.

Menurut Bidho, kunci DMD adalah rasa, mutu, dan harga. Satu gelas es teh dihargai Rp 2.500 dan satu gelas es teh jeruk Rp 3.000. ”Namun, jika lokasi booth sewanya tinggi, harganya bisa lebih mahal sedikit dan kami bisa membantu menghitung harga yang pas,” ujarnya.

Soal rasa dan mutu, sebenarnya ada dua hal yang berkaitan. Misalnya, DMD mewajibkan mitra menggunakan es cube, tidak boleh menggunakan es balok. Untuk pemanis hanya boleh menggunakan gula pasir. Gula batu dan biang gula dilarang keras digunakan pada es teh. Air untuk menyeduh teh saring disarankan menggunakan air mineral. Kekentalan teh juga harus proporsional dan tidak boleh dicampur gula merah untuk membuat warna teh lebih merah.

”Untuk menjaga semua itu, kami punya tim semacam mysteri guest yang akan mengecek semuanya tanpa diketahui mitra. Mereka adalah kumpulan para tester,” kata Adi Adyana. (MIR/Warkot)
Selengkapnya...

Belut: Pembeli Luar Negeri Bertambah, Pasokan Kurang

Tuesday, March 10, 2009

Sebagai makhluk lumpur, belut mengandung potensi ekonomi luar biasa. Permintaannya naik saban tahun, baik dari pembeli luar negeri maupun pasar lokal. Ini peluang sebab belum banyak yang menekuni bisnis budidaya belut.

Rasanya yang gurih dan penuh gizi membuat belut tak hanya diminati penikmat kuliner dalam negeri, tapi juga luar negeri, seperti dari Jepang, Korea, Hongkong, Belgia, Spanyol, Perancis, Belanda, Jerman, dan Denmark.

Belakangan, permintaan belut dari luar negeri kembali melonjak. Tak percaya? Silakan buka beberapa situs di internet, macam www. indonetwork. com. Di situs ini permintaan belut sedang menggunung. Ini jadi rezeki nikmat para pebisnis belut.

Salah satunya Prio Daryoko. Meski sedang krisis global, Pemilik PT Agrindo Jaya ini meraih berkah dari lonjakan permintaan belut dari sejumlah negara, seperti Jepang, Korea, dan Hongkong. Secara kasar, Prio memperkirakan lonjakan permintaan belut dart ketiga negara itu rata-rata sekitar 7 persen hingga 18 persen per tahun.

Setiap bulan Prio memasok sekitar 80 ton belut hidup dan belut asap ke Jepang. Sementara, ke Korea Selatan, ia mengirim sekitar 40 ton sampai 45 ton belut hidup dan belut beku. Ke Hongkong, ia nmengirim sekitar 15 ton-20 ton belut hidup. "Permintaan selalu naik. Sayangnya, pasokan terkadang kurang," ujarnya.

Budy Kuncoro, Ketua Gabungan Orang Belut Semarang dan sekitarnya (Gobes's), membenarkan, permintaan belut dari mancanegara terus naik. Selama ini, ia memasok ke Singapura dan Malaysia.

Permintaan dari pasar lokal pun tak kalah banyak. Pekalongan, misalnya, butuh sekitar 100 kilogram belut sehari. Sementara Pati butuh 50 kg belut sehari. "Rata-rata untuk usaha pecel belut dan abon," kata Budy. Untuk pasar ekspor, harga satu kilo belut berisi tujuh ekor dihargai Rp 40.000 per kg. Di pasar lokal harganya Rp 25.000.

Budy mengaku telah menemukan cara budidaya belut yang lebih hemat, yakni menghemat pakan dengan memanfaatkan keong mas, bekicot, atau yuyu. Dengan cara Budi ini, biaya produksi sekilo belut isi tujuh ekor hanya Rp 16.000. Dus, pebudidaya pun bisa balik modal dalam lima bulan.

Jika ingin budidaya belut, Anda harus membuat kolam. Taruh lapisan lumpur dengan jerami yang dibusukkan selama dua minggu sampai keluar cacing. Setelah busuk, air lantas diganti, kemudian masukkan bibit belut. "Sebaiknya, cari bibit belut basil tangkapan atau budidaya," ajar Budy. Harga bibit belut Rp 40.000 per kilogram.

Selanjutnya, belut diberi pakan hama sawah setiap dua hari sekali. Pakan hama sawah itu seperti keong mas, bekicot, atau yuyu. Setelah 3,5 bulan, petani bisa memanen belut ukuran sekilo isi 15 ekor. Dalam lima bulan, panennya sekilo isi tujuh ekor.

(Aprillia Ika/Kontan)
Selengkapnya...

Laba Besar dari Miniatur Kendaraan

Saturday, March 7, 2009

Jangan membuang potongan kayu bekas yang berserakan di sekitar Anda. Alih-alih menjadi sampah, potongan kayu tersebut bisa menghasilkan fulus cukup lumayan.

Heru Harmanta, pemilik Agung Handicraft, telah membuktikannya. Bermula dari upaya mengutak-atik potongan kayu yang berserakan di rumahnya, is kini dikenal sebagai pembuat miniatur kendaraan seperti mobil dan motor yang memiliki nilai jual tinggi.

Bermodal awal sekitar Rp 2 juta, kini lelaki berusia 39 tahun ini mampu meraup omzet puluhan juta per bulan dari bisnis ini. Maklum, meski terlihat sepele dan gampang dibuat, ternyata cukup banyak orang menggemari miniatur kendaraan bikinan Heru.

Ketika memulai usahanya, Heru hanya dibantu dua orang karyawan untuk membuat miniatur tersebut. Setiap bulan, ia cuma mampu memproduksi sekitar 100 miniatur.

Lantaran produksinya masih terbatas, Heru hanya menawarkan produknya ke kawasan wisata terdekat, yakni Malioboro dan Candi Prambanan. "Awalnya, banyak orang masih menganggap aneh, tapi akhirnya mereka suka juga," katanya. Dari hasil jualan miniatur ini, Heru meraup omzet sekitar Rp 2 juta. "Saya baru balik modal dalam delapan bulan," ujarnya.

Tapi, itu cerita lalu. Saat ini, bisnis Heru terus merangkak naik. Sekarang, omzetnya sudah mencapai Rp 35 juta sampai Rp 60 juta per bulan. Jumlah karyawannya telah bertambah menjadi 15 orang. Kapasitas produksinya kini telah meningkat menjadi sekitar 1.000 miniatur per bulan, bahkan bisa lebih besar lagi. "Memang, belakangan ada penurunan 20% karena krisis global," kata Heru.

Heru mengaku mengambil marjin yang lumayan besar dari usaha ini. "Harga jual miniatur ini sekitar enam kali lipat dari harga bahan baku. Kalau dihitung, marjinnya bisa sampai 200 persen," beber Heru. Adapun bahan bakunya adalah kayu sono keling, mahoni, dan jati. Lantaran cuma sisa potongan kayu, harganya terbilang murah.

Untuk memasarkan produk ini, Heru sering mengikuti pameran dan bekerjasama dengan dinas pariwisata dan industri setempat untuk mendapatkan pasar potensial. Ia mengaku, sulit mencari pasar jika bergerilya sendiri. "Sebelumnya, saya sempat memasarkan ke toko toko besar. Tapi, hasilnya tak seberapa karena tak ada lonjakan permintaan," ujarnya.

Kreatif bikin model

Agar pasarnya semakin luas, Heru juga berjuaIan lewat internet. Berkat rajin ikut pameran dan berjualan di dunia maya, Heru sudah mengekspor produknya ke Eropa, Australia, Amerika Serikat, Asia, dan Timur Tengah. "Pengunjung di pameran internasional terlihat antusias membeli produk saya," ujarnya sumringah.

Kini, Heru memiliki kurang lebih 115 model miniatur kendaraan aneka ukuran. Harganya mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 300.000 per unit. Sejauh ini, model ,yang paling diminati pembeli adalah motor Harley Davidson.

Jika ingin menggeluti bisnis ini, pria yang sempat mengecap bangku kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini punya saran. "Modal awal menekuni bisnis ini sekitar Rp 2 juta," ujarnya. Menurutnya, uang sebesar itu cukup untuk membuat 200 unit miniatur.

Modal lain yang tak kulah penting adalah kreativitas membuat model, dan jeli mencari celah pasar. Maklum, saat ini pesaing di bisnis ini lumayan banyak. "Ada sekitar 21 pemain. Kebanyakan bekas karyawan saya," imbuhnya. (Kontan/Dessy Rosalina)

Agung Handicraft
Desa Klurak Baru Bokoharjo, Prambanah Sleman, Yogyakarta
Telp. (0274) 496668
Selengkapnya...

Wah, Harga Tokek sampai Miliaran? Waspadai "Gorengan"

Thursday, March 5, 2009

Beberapa bulan terakhir, santer beredar kabar bisnis tokek sedang booming. Konon, harga tokek ukuran satu kilogram bisa mencapai miliaran rupiah. Lantaran untungnya memang besar, banyak orang menjajal bisnis ini. Tapi jangan keburu tergiur dulu, bisnis ini masih serba gelap.

Berhentilah mempermainkan tokek. Jika selama ini tokek cuma dijadikan bahan ledekan buat meramal cuaca, kini tokek justru menjadi buruan. Bahkan, santer beredar rumor, permintaan binatang melata ini sedang tinggi-tingginya. Meski pasarnya terbatas, bisnisnya tetap booming. Harga seekor tokek pun konon bisa sampai miliaran rupiah jika bobotnya mencapai satu kilogram per ekor.

Memang hampir tak bisa dipercaya. Tapi, simaklah penuturan Sudarmono. Sejak dua bulan lalu, ia terjun ke bisnis ini. Caranya, dengan menjadi perantara jual beli tokek. Ia yakin peminat binatang ini menghargai seekor tokek dengan harga cukup fantastis.

Tak perlu sampai satu kilo, tokek berbobot tiga sampai empat ons saja laku dijual dengan harga Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. "Hanya tokek berbobot minimal tiga ons dihargai mahal, sedangkan yang bobotnya kurang sedikit saja harganya anjlok," kata Sudarmono.

Dalam kurun waktu yang belum lama menjajal bisnis ini, Sudarmono mengaku sudah berhasil memerantarai jual beli tokek seharga Rp 30 juta. Upah sebagai mediator 25 persen dari nilai transaksi.

Sudarmono mengaku menyesal hanya menjual dengan harga sebesar itu. Pasalnya, ia masih belum terlalu banyak tahu soal pasar tokek. "Mestinya dulu saya bisa jual antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. Waktu itu saya memang belum pengalaman," katanya menyesal.

Menurut Sudarmono, tokek banyak diburu karena faktor hobi atau sebagai obat asma dan penyakit kulit. "Saya dengar, tokek banyak dipesan oleh orang Jepang dan Taiwan sebagai media penelitian obat AIDS," kata bapak dua anak ini.

Mahdi, pemain lain di bisnis ini, mengakui, bisnis tokek sedang booming beberapa bulan terakhir. Sejak terjun ke bisnis ini awal tahun, ia sudah dua kali menjual tokek berberat sekitar tiga ons. la melego masing-masing Rp 5 juta per ekor. Pembelinya dari Jakarta. la mendapatkan tokek dari Karawang, Jawa Barat.

Mahdi mengaku mengambil untung besar dari bisnis ini. Saat membeli dari penjual di Karawang, ia tak mematok harga. "la minta Rp 300.000, ya saya kasih," aku pria yang berdomisili Bekasi ini terkekeh.

Tapi, bagi Anda yang akan mencoba peruntungan di bisnis ini, harap hati-hati. Mahdi, misalnya, tak yakin harga tokek sampai miliaran rupiah seperti di internet. Aslinya cuma puluhan juta rupiah. "Kalau tokek setengah kg paling mahal Rp 20 juta," katanya.

Mahdi sebetulnya tak terlalu percaya bahwa permintaan tokek sangat tinggi. la yakin hal itu cuma gorengan sejumlah pihak. la melihat bisnis tokek marak belum ada setahun ini. la yakin bisnis ini tak akan bertahan lama. "Tak akan bertahan sampai tahun depan," tandasnya.

Kata Mahdi, bisnis tokek masih serba gelap. Tak jelas pasarnya, juga tak terang standar harganya. "Meski begitu, saya tertantang terjun ke bisnis ini," katanya. Kadang, yang menantang memang berisiko. (Anastasia Lilin Yuliantina/ Kontan)
Selengkapnya...

Renyahnya Fulus dari Bisnis Camilan

Wednesday, March 4, 2009

Berani bertaruh, sebagian dari Anda pasti doyan ngemil. Selain memanjakan lidah, memakan camilan juga membantu mengusir rasa bosan. Selain itu, kacang bisa mengusir stres. Apalagi, aktivitas mengudap makanan kecil ini bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Anda bisa melakukannya sambil bekerja di kantor, atau di saat ngobrol dengan teman.

Kebiasaan ngemil ini membuat pasar makanan camilan semakin semarak. Anda bisa menjumpai pelbagai camilan, seperti keripik, kacang, dan kerupuk, dengan mudah di pasar atau supermarket. Meski penjualnya sudah banyak, camilan ini tetap laris manis.

Tak heran, peluang bisnis makanan camilan juga semakin merekah. Tak hanya pemain besar, pemain kecil pun turut menikmati rezeki ini. Salah satunya adalah Budi Utoyo yang menggarap makanan cepat saji dengan bendera usaha Clup-Clup sejak tahun 2004.

Clup-Clup menggunakan konsep cepat saji lantaran proses menggarapnya tinggal mencelupkan makanan ke minyak goreng. Bisa juga tinggal mencelupkannya ke air mendidih alias direbus. Lewat konsep ini, Budi membidik konsumen yang suka ngemil makanan sehat.

Clup-Clup menjajakan makanan berbahan baku seafood, seperti ikan, udang, cumi, dan kepiting. Bentuk penyajiannya cukup unik. Aneka menu ditusukan lidi sehingga mirip sate.

Untuk mengembangkan bisnisnya, sejak tahun 2004, Budi membuat konsep kemitraan. Saat ini, Clup-Clup sudah memiliki 35 gerai yang tersebar di Jakarta, Bekasi, Makassar, Medan, Bali, Lombok, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok.

"Prosedur menjadi mitra cukup mudah dan cepat," ujar Budi. Syaratnya, calon mitra cukup membayar biaya kemitraan sebesar Rp 17,5 juta untuk kerja sama selama lima tahun.

Biaya sebesar ini mencakup pembelian gerobak dan aneka peralatan masak, seperti kompor, tabung gas, dan genset mini. Tak ketinggalan, Clup Clup juga memberi pelatihan bagi karyawan si mitra. Namun, mitra tetap diwajibkan membayar biaya royalti sebesar 5 persen dari total omzet bulanan. "Kalau pendapatan mitra kurang dari Rp 7 juta per bulan, saya membebaskan mereka dari biaya ini," kata Budi.

Modal balik empat bulan

Dalam menjalankan usahanya, mitra perlu merogoh kocek Rp 1 juta-Rp 2 juta lagi untuk membeli bahan baku dari pusat untuk kebutuhan sebulan yang cukup untuk 300-400 porsi.

Meski begitu, jika jarak dan waktu menjadi hambatan, Budi membebaskan mitra membeli bahan baku sendiri. "Misalnya, karena lokasi mitra di Makassar, mereka tidak mungkin beli bahan baku ke kami. Tapi, sebagian besar bahan baku mitra bisa kami pasok," ujarnya.

Dalam hitungan Budi, mitra akan balik modal dalam tempo empat sampai delapan bulan. "Balik modalnya cukup cepat, hanya butuh waktu sekitar enam bulan. Dengan asumsi, mitra mampu menghasilkan omzet minimal Rp 300.000 per hari, mereka bisa balik modal hanya dalam empat bulan," ajar Budi.

Dari usaha ini, marjin keuntungan mitra mencapai 30 persen. Menurut Budi, gerai Clup Clup yang dikelolanya berhasil membukukan omzet minimal Rp 300.000 per hari, atau Rp 9 juta per bulan. "Kala sedang ramai, omzetnya bisa mencapai Rp 500.000 per hari. Itu pun di luar pesanan khusus untuk ulang tahun dan pesta," ujar Budi. (Dessy Rosalina/Kontan)

==================================================

Clup-Clup
Komplek BSK Blok B No. 4 11. K.H. Noer Ali, Kalimalang Bekasi, Jawa Barat
Telp. (021) 8895 0934
Selengkapnya...

Bisnis Baby Store Online: Untung Cepat, Tak Repot Sewa Tempat (2)

Sedikit berbeda dengan usaha yang dimiliki Inge, di www.nenenshop.com milik Brenda Yudistira (31)ini, kita akan menemukan pakaian anak yang bertuliskan kata-kata lucu, seperti ‘ASI is the breast' dan ‘Bunda's Shopping Partner'.

Khusus untuk kaos print, ibu dari Lavanya Eliana ini, memberikan harga Rp65 ribu perbuahnya.


Setelah cukup lama berjualan secara online, Brenda kemudian membuka toko yang diberi nama senada dengan website-nya, Nenenshop, di daerah Senopati, Jakarta Selatan. "Membuka toko keperluan bayi yang berusia di bawah 5 tahun sebenarnya tujuan awal kami. Namun, untuk membangun brand ‘Nenen', kami merasa harus memulainya dengan online dulu di tahun 2006," ujar Brenda ketika ditemui di tokonya.

Saat itu, ibu satu anak ini mengeluarkan uang sekitar Rp800 ribu untuk biaya domain dan hosting selama setahun. Selanjutnya, ia mengaku tidak menyiapkan budget khusus untuk membeli barang-barang yang akan dijualnya. "Sedikit demi sedikit, barang-barangnya terkumpul. Semuanya mengalir begitu saja."

Selain kaos, nenenshop juga menjual berbagai baby room, baby bath, buku-buku, care and safety, parcel, makanan, mom's corner, dan mainan. Dan selain melalui distributor, Brenda juga mendapatkan barang-barangnya dari beberapa desainer local, seperti Little Big, Zaralde, HDY, Proclay Art, Zero To Five, Tili, Babadah, dan lainnya. Harga barang-barang di atas berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp3 juta, dimana barang yang termurah itu diberikan untuk finger puppet, sedangkan yang termahal untuk stroller.

Brenda menyediakan proses pemesanan yang praktis dan aman. Caranya, masukan produk yang diinginkan dalam shopping cart, klik check out, dan lihat jumlah total biaya pesanan. Kemudian pemesan menuliskan data lengkap pada lembar konfirmasi yang telah disediakan. Lalu tunggu email konfirmasi balasan yang menyatakan pemesan sudah bisa mentransfer uangnya."Untuk pembayaran, pembeli tinggal memilih berbagai cara pembayaran melalui transfer langsung, melalui atm, via sms banking atau online banking. Tunggu saja dalam waktu 2-3 hari, barang pesanan pasti sudah sampai di tempat tujuan."

Brenda, yang menjalankan usaha ini dibantu penuh sang suami, Yudhistira (31), selalu meng-update barang-barang jualannya minimal 1 bulan sekali. Agar konsumennya selalu mengetahui perubahan yang dilakukannya, Brenda selalu meng-email mereka. Selain itu, Brenda juga aktif mengikuti beberapa milis, blog maupun situs-situs yang terkait dengan dunia bayi. "Saya rasa itu sangat membantu saya untuk mengenalkan Nenen kepada masyarakat dan membangun jaringan."

NOVA Ester
Selengkapnya...

Mengeja Laba Usaha Kursus Baca Tulis

Monday, March 2, 2009

Orang tua sering khawatir kalau anaknya yang baru masuk sekolah dasar (SD) tak segera menguasai keterampilan membaca dan menulis. Alhasil, sebagian memilih menggenjot kemampuan ini dengan memasukkan ke lembaga kursus.

Yeni adalah salah satu yang melihat peluang bisnis dari kondisi ini. Sejak tahun 2003, Yeni mendirikan kursus Baca Tulis di Yogyakarta. Kursus ini memberikan jasa mengasah kemampuan membaca dan menulis anak dengan memberi stimulus berupa pembacaan dongeng dan berbagai lembar kerja. Target lembaga ini adalah anak-anak kelas 1 SD sampai kelas 2 SD.

Setelah cukup sukses dan melihat peluang lebih besar, sejak tahun 2006, Yeni lantas mengembangkan bisnis pendidikannya dengan konsep kemitraan.

Untuk menjadi mitra kursus Baca Tulis, Anda harus merogoh kocek sebesar Rp 20 juta. Dengan duit sebesar itu, mitra akan mendapatkan paket perdana senilai Rp 10 juta yang meliputi paket alat peraga, rak pajangan, perangkat administrasi, dan modul pembelajaran. Lalu, alat promosi seharga Rp 5 juta, dan biaya lisensi selama lima tahun seharga Rp 5 juta.

Total biaya tersebut juga sudah mencakup pelatihan pekerja maksimal tiga orang. Namun, biaya itu belum termasuk prasarana yang meliputi tempat kursus, meja, kursi, dan sebagainya.

Meski sudah membayar semua biaya tersebut, Anda belum dianggap sebagai mitra sampai lulus masa percobaan selama setahun. Pihak Yeni akan mengevaluasi langsung mitra yang meliputi jumlah murid dan sistem pembelajaran. "Jika tidak sesuai target, mitra dianggap gagal," ajar Yeni. Jika gagal, mitra hanya akan mendapat pengembalian biaya lisensi sebesar Rp 5 juta.

Sistem royalti

Pemasukan mitra dari bisnis ini berasal dari biaya pendaftaran yang berkisar Rp 150.000 sampai Rp 300.000 per siswa dan iuran bulanan yang berkisar Rp 120.000 sampai Rp 300.000 per siswa. "Besar biaya bervariasi, mitra bisa menentukan sendiri besaran biaya berdasarkan lokasi masing-masing," kata Yeni.

Lama proses belajar di lembaga kursus ini dua kali seminggu selama 75 menit setiap pertemuan. Agar pengajaran lebih maksimal, jumlah anak dibatasi hingga delapan orang per kelas.

Jika usaha sudah jalan, mitra wajib menyetor royalti dari sebagian pendapatan kursus tiap bulan. Besarnya bervariasi, tergantung komponen pendapatan. Misal, dari setiap biaya pendaftaran peserta, si mitra harus membayar royalti 50 persen ke pusat. Dari iuran bulanan peserta kursus, mitra harus membayar royalti 35 persen.

Dengan asumsi mitra mampu menggaet minimal enam siswa setiap bulan, Yeni memperkirakan mitra akan balik modal dalam satu tahun. Perhitungannya, dengan 72 peserta setahun dan biaya pendaftaran Rp 150.000, mitra sudah mengantongi Rp 5,4 juta setelah dikurangi royalti. Dari pendapatan bersih iuran bulanan per anak Rp 82.500 per bulan untuk 72 anak, mitra mendapat Rp 46,33 juta per tahun setelah dikurangi royalti. Setelah dikurangi gaji guru sebesar 20 persen dari biaya lainnya, mitra bisa balik modal dalam setahun.

Saat ini, kursus Baca Tulis telah memiliki 36 gerai yang tersebar di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan, dan Lampung. "Ada 23 cabang produktif. Sisanya masih salah kelola," ujar Yeni. Yang masuk kategori produktif adalah cabang yang bisa menggaet minimal 20 siswa per bulan dengan omzet Rp 10 juta-Rp 12 per bulan. (Kontan/Dessy Rosalina)
Selengkapnya...