Followers

Google
 

Wow, Bibit Kelengkeng Bisa Hasilkan Puluhan Juta Sebulan

Monday, February 23, 2009

Kelengkeng Pingpong berasal dari dataran Sungai Mekong, Vietnam. Kelengkeng jenis ini memang belum sepopuler kelengkeng lokal. Namun, mulai banyak yang membudidayakannya. Maklum, keuntungannya lumayan.

Kelengkeng pingpong memang agak beda dari kelengkeng biasa. Besar buahnya empat kali lipat kelengkeng lokal. Bijinya juga tentu lebih besar, tapi dagmg buahnya tebal dan beraroma wangi. Buah ini juga masih jarang mejeng di pasar kita. Sebab, memang belum banyak petani kita yang membudidayakan Kelengkeng Pingpong ini.

Kelengkeng Pingpong merupakan tanaman tropic yang tumbuh subur di tanah berketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl).

Umumnya, di Indonesia, Kelengkeng Pingpong menjadi buruan para hobiis. Salah seorang pembudidaya Kelengkeng Pingpong adalah Isto Suwarno. Awalnya, pada 1998, Isto mendapat sejumlah biji Kelengkeng Pingpong dari adiknya. la lantas menyebar biji-biji itu. Ternyata, tak susah membudidayakan kelengkeng jenis ini. Dari sini, budidaya kelengkeng milik Isto berkembang.

Isto lantas mencoba menawarkannya ke sejumlah kolega dan para pehobi tanaman. Tak dinyana, sambutannya antusias. Pada 2005, ia resmi menjual bibit kelengkeng di bawah bendera Telaga Nursery Prambanan. Isto mengaku,langsung kebanjiran order. Padahal, ia hanya menjadikan buah kelengkeng sebagai sampel bagi yang ingin membeli bibit.

Setiap bulan, Isto bisa menjual 7.500 bibit kelengkeng, baik dari biji ataupun okulasi. la menjual bibit biji ukuran 15 centimeter (cm) sampai 20 cm dengan harga Rp 20.000 per batang. Adapun bibit okulasi ukuran 60 cm dia lepas dengan harga Rp 40.000. "Saya juga melayani pembelian tanaman dalam pot mulai harga Rp 1,5 juta per pot sampai Rp 2,5 juta," ujarnya.

Dalam sebulan, Isto bisa meraup penghasilan Rp 30 juta. Bisa lebih, jika ada pesanan bibit jumlah besar.

Permintaan bibit kelengkeng cukup tinggi lantaran tanaman ini mudah dibudidayakan, baik di lahan sempit atau di pot sekalipun, asal terkena sinar matahari. "Perawatannya mudah dan hamanya sedikit," kata Isto. Tanaman ini bisa dibudidayakan dari biji, bibit, dan bibit okulasi.
Untuk menanam kelengkeng Pingpong, pertama-tama masukkan bibit ke pot atau lubang di tanah. Ukurannya harus sesuai besaran tanaman. Sebagai media tanam, campurkan tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Dalam setahun, sebaiknya beri tiga kali pupuk. Saat kemarau, setidaknya disiram air dua hari sekali. Dalam 1,5 tahun, pohon ini sudah berbuah. (Kontan/Aprillia Ika)
Selengkapnya...

Menghirup Fulus Bisnis Rokok Arab

Friday, February 20, 2009

Anak-anak muda gemar mencari tren unik dan nyentrik. Nah, salah satu tren yang kini sedang in di kalangan anak muda Jakarta adalah mengisap rokok Arab, atau populer disebut shisha.

Tak percaya? Coba sambangi beberapa kafe di Jakarta. Di sana Anda akan menjumpai shisha. Aktivitas merokok khas Timur Tengah ini menjamur karena cara mengisapnya unik. Sekadar catatan, shisha adalah kegiatan mengisap tembakau Arab dengan perangkat yang terdiri dari pipa—biasa disebut hookah atau bong—yang tersambung dengan selang panjang. Prinsip kerjanya: tembakau dipanaskan dan menghasilkan uap yang kemudian disaring sebelum dihirup.

Selain hookah, bahan baku shisha terbuat dari tembakau. Kini ada sekitar 30 rasa tembakau, mulai dari buah-buahan, cokelat, vanila, dan masih banyak lagi. Tembakau shisha hanya mengandung maksimal 0,05 persen nikotin dan 0 persen tar.

Menilik tren ini, tak salah jika pemain bisnis pelengkapan shisha ketiban pulung. Salah satunya adalah Mochamad Taufik. Pria 28 tahun ini mengawali bisnis perlengkapan shisha karena melihat keunikan shisha dan sekaligus hobi. Dengan bermodal Rp 5 juta, ia menjajal peruntungan bisnis ini pada 2005. Ia memakai modal awal itu untuk membeli lima hookah dan perlengkapan lain ke perajin di Dubai, Uni Emirat Arab, lewat perantara sang pacar. Tak disangka, dalam tempo singkat, lima alat itu habis terjual. Taufik makin yakin bisnis ini mampu mendatangkan laba.

Rp 50 juta sebulan

Ketika terjun ke bisnis peranti shisha, Taufik sadar sudah ada beberapa pemain di bisnis ini. "Bedanya, mereka hanya jual alat. Kalau saya menjual alat, tembakau, dan aksesorinya. Kelebihan lain, saya berani kasih garansi," katanya. Pemasaran lewat dunia maya memuluskan bisnisnya. "Situs web saya satu-satunya toko online perlengkapan shisha di Indonesia," ujarnya bangga.

Ide awal menggarap bisnis shisha berawal dari status Taufik sebagai penikmat. Taufik yang memang berdarah Timur Tengah punya kegemaran mengisap shisha sejak remaja. Sebagai penggemar, ia mengaku tak sekadar menjual produk, tapi juga melakukan edukasi kepada masyarakat soal shisha. "Banyak orang salah kaprah bila melihat bentuk pengisap yang mirip bong alias alat pengisap sabu ini," katanya.

Taufik membanderol harga perlengkapan shisha impornya mulai Rp 200.000 sampai Rp 1,5 juta per unit. Harga racikan tembakau mulai Rp 30.000 sampai Rp 85.000 per 250 gram. Lain lagi harga aksesorinya. Misalnya, harga foil Rp 10.000 dan mouthip (alat kecil di ujung plastik isap yang bisa dilepas) dari Rp 30.000 sampai Rp 50.000.

Menurut Taufik, harga shisha mahal karena masih impor dari Dubai, Arab Saudi, Iran, Mesir, India, dan China. Pelanggan Taufik adalah perorangan, kafe, juga restoran. "Dalam sebulan, saya bisa menjual sekitar 75-100 hookah, di luar tembakau dan aksesori," katanya. Pernah juga, dalam sehari ia mendapat omzet Rp 15 juta.

Kini, dibantu sang istri dan mertuanya, Taufik menggulirkan roda bisnisnya dengan omzet Rp 50 juta per buIan. Dari omzet sebesar itu, sekitar 15-20 persen masuk ke koceknya sebagai laba bersih. Sampai kini ia tak membuka gerai resmi. Ia memilih mendirikan toko online. "Ini juga bagian cara menghemat ongkos produksi," katanya.

(Kontan/Dessy Rosalina)
Selengkapnya...

Mencicipi Nikmatnya Laba Pisang Ijo

Wednesday, February 11, 2009

Kini, selera makanan masyarakat Indonesia makin beragam. Tidak melulu makanan londo cepat saji yang sekarang kian merebak, penikmat kuliner juga mulai melirik makanan tradisional citarasa nusantara.
Salah satunya adalah pisang ijo dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Menu makanan khas Makassar ini terbuat dari pisang berbalut tepung berwarna hijau. Lantas, pisang ini diguyuri bubur sumsum, kacang tanah, taburan cokelat meses, dan es batu. Rasanya sangat menggugah selera.

Kini, makanan khas Makassar ini tidak hanya beken di daerah asalnya saja. Makanan ini juga cukup populer di daerah lain. Soalnya, belakangan ini, banyak bermunculan gerai pisang ijo seperti di Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Makanan ini menjadi populer di pulau Jawa berkat terobosan Taufik Effendi. Ia membuka usaha pisang ijo dengan bendera usaha bernama Pisang Ijo Ala'din di Bandung. Meski baru mengembangkan usaha ini setahun lalu, bisnis Taufik terus berbiak hingga sekarang.

Taufik menyajikan menu ini karena melihat tingginya rasa ingin tahu masyarakat Bandung terhadap pisang ijo. Selain itu, ia juga berhasrat menaikkan pamor makanan khas Makassar ini.

Taufik memodifikasi tiap menu dengan pelbagai pilihan rasa yang menjadikan makanan ini semakin diminati. "Kami mengemas pisang ijo dengan tambahan rasa agar lebih enak," imbuhnya. Ada rasa vanila rum, cokelat kismis, stroberi, nangka, serta taburan keju parut Ia mematok harga antara Rp 3.500 sampai Rp 4.500 per porsi.

Baru setahun menjalankan usaha, bisnis Taufik berkembang cepat. Sebab, ia membuat strategi jitu dengan cara menawarkan pola kemitraan. Namanya kemitraan Pisang Ijo Ala'din.

Awalnya, Taufik menawarkan kemitraan pada rekan-rekannya di Bandung. Gayung bersambut. Tawarannya laku keras. Kini, setahun setelah membuka usaha, Taufik sudah memiliki 73 gerai di Bandung.

Malah, saat ini, kemitraan Pisang Ijo Ala'din sudah merambah di Bogor dan Jakarta. Di Jakarta, misalnya, Beberapa calon mitra sudah mulai persiapan membuka beberapa gerai sekaligus. Taufik bilang, saat ini, setiap gerai rata-rata bisa menjual 40 porsi per hari. Dalam sehari, omzet gerai kecil Pisang Ijo Ala'din yang berupa gerobak bisa mencapai Rp 280.000.

Cepat balik modal

Nah, bagi yang tertarik menjadi mitra, Taufik memungut biaya komitmen di awal perjanjian sebesar Rp 5,5 juta. Dana itu sudah termasuk biaya investasi awal untuk lima tahun. Karena ini kemitraan, Anda dibebaskan dari biaya franchise fee dan royalty fee. Dengan investasi awal sebesar itu, Anda berhak atas peralatan komplet berupa gerobak, perkakas dapur, alat promosi, seragam pekerja, pelatihan, dan paket produk perdana sebanyak 25 porsi.

Anda juga leluasa menentukan lokasi berjualan. Meski begitu, lokasi berjualan sesama mitra usaha sama harus berjarak minimal satu sampai dua kilometer. Mitra wajib membeli bahan baku pisang ijo ke pusat. "Mitra mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1.500 untuk setiap porsi pisang ijo yang laku terjual," beber Taufik.

Salah satu mitra Pisang Ijo Ala'din adalaah Riezka Rahmatiana. Saat ini, ia berhasil meraih angka penjualan 80 porsi per hari dengan mendapatkan omzet sekitar Rp 280.000. "Dengan asumsi minimal penjualan 40 porsi per hari, saya langsung kembali modal dalam tempo empat bulan," jelasnya. (Dessy Rosalina/Kontan)

=======================================

Pisang Ijo Ala'din
Jl. Cibodas Baru No. 13
Antapani, Bandung
Telp. (022) 92718835
Selengkapnya...

Dari Tanpa Modal, Sekarang Punya Ratusan Karyawan

Monday, February 9, 2009

Apakah Anda pernah mencoba kue wafel yang terbuat dari bahan dasar sukun? Atau bahkan mi yang dibuat dari singkong? Rasanya tidak kalah nikmat dibandingkan bila dibuat dari tepung terigu. Bahkan, yang ini lebih banyak mengandung serat , vitamin, dan gizi karena dibuat dari buah.

Dibalik resep unik ini, penggagasnya adalah Rosita Doddy (55), pemilik katering Pangan Selaras. Bahkan, masakan buatannya ini digandrungi ibu-ibu pejabat. "Biasanya mereka pesan untuk arisan atau acara-acara lainnya," kata Rosita.

Padahal, usaha yang dirintis sejak tahun 1982 ini hanya berawal dari sekedar hobi dan tanpa modal. Semula, Rosita yang hobi masak ini kerap mendapat pesanan dari tetangganya. Biasanya, konsumen Rosita memberi uang terlebih dahulu saat memesan masakan.

Oleh Rosita, uang tersebut digunakan untuk belanja bahan baku, sedangkan keuntungan yang didapat disisihkan untuk membeli peralatan, seperti cetakan kue dan oven. "Lama-lama ngumpul banyak dan bisa mencoba beragam resep. Jadi, lebih banyak kreasi, banyak yang pesan," kata Rosita.

Kala itu, cara pemasarannya juga hanya dari mulut ke mulut. Semakin lama, usaha Rosita kian berkembang. Rosita yang lulusan Teknik Sipil Institute Teknik Sepuluh Nopember, Surabaya, ini, lantas bergabung dengan Asosiasi Perusahaan Jasa Boga (APJI).

Dengan mengikuti organisasi, Rosita mengaku, banyak memperoleh wawasan mengenai cara pemasaran. Konsumennya kian bertambah dan perusahaannya mulai dikenal berbagai pihak, termasuk sejumlah departemen pemerintah.

Rosita juga diserahi tugas untuk program ketahanan pangan. Tugasnya adalah membuat beragam masakan dengan bahan dasar selain tepung terigu. Dia juga dituntut agar penampilan hasil masakannya menarik saat dihidangkan. Alhasil, Rosita kerap melakukan berbagai eksperimen untuk mengetahui karakter tepung.

Bila tepung terigu memiliki glutan yang membuat adonan menjadi berkembang, sejumlah tepung dari bahan dasar buah tidak memilikinya sehingga susah mengembang. "Jadi, harus diakali bagaimana agar tetap mengembang. Sedikit ada campurannya," tutur Rosita.

Selain itu, Pangan Selaras juga menyediakan makanan tradisional, seperti aneka bubur, kue lupis, dan serabi. Rosita juga menjual hasil masakannya di kafe yang dirintisnya, yakni Kafe Indosat, Jalan Medan Merdeka, Jakarta.

Untuk mi bendo misalnya dijual dengan harga sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 per porsi, sedangkan untuk wafel dijual dengan harga sekitar Rp 10.000 per bungkus berisi delapan buah. Sayangnya, untuk masalah omzet Rosita enggan mengatakannya secara gamblang. "Yang penting bisa bayar karyawan sekitar 100-200 orang dan bisa bayar pajak," ujar Rosita.

ANI
Selengkapnya...

Berani Berkreasi, Omzet Bisa Mencapai Puluhan Juta

Friday, February 6, 2009

Anda pasti setuju, kekayaan budaya dan adat istiadat Indonesia sangat bejibun. Sebagai bukti, lihat saja hasil kesenian dan kerajinan yang sangat beragam, mulai wayang kulit, topeng, batik, ukiran, patung hingga gerabah.

Tapi, tak sedikit berbagai hasil karya seni tersebut belum bisa dikreasikan secara optimal, sehingga nilai jualnya masih rendah. Namun, di tangan Ade Kresna Suwandi, berbagai produk kerajinan lokal, seperti wayang dan topeng khas daerah, mampu dikreasikan menjadi barang kerajinan tangan bernilai jual tinggi. Mari simak perjalanan Ade merintis bisnisnya.

Bermodal Rp 50 juta, pada tahun 2000, Ade memulai usaha menciptakan aneka produk kerajinan seperti wayang, topeng, dan cermin menjadi lebih eksklusif. Dia menamakan usahanya Asta Kriya. "Saya ingin menciptakan produk lokal yang berkelas," katanya.

Dalam kreasinya, Ade menambahkan berbagai polesan dan aksesori, sehingga bisa dijual dengan harga lebih tinggi. Misalnya, dia mengecat kembali produknya, membuatkan tempat dudukan, menaruhnya dalam pigura, hingga membuat kotak kemasan batik sebagai pembungkus.

Sebetulnya, dia cuma mengkreasikan kembali aneka kerajinan itu. Sebab, dia mendatangkan aneka produk setengah jadi dari para pengrajin di Jogjakarta dan Bali dalam bentuk setengah jadi. Setelah memoles, baru kemudian dia menjualnya ke pasar.

Ketika mengawali usaha, Ade baru mampu menghasilkan sekitar 20 produk dalam sebulan. Ia juga belum begitu banyak memodifikasi bahan baku setengah jadi, sehingga harga jual produk yang berukuran kecil pun, masih sekitar Rp 100.000 sampai Rp 300.000 per buah. "Tapi untuk produk wayang yang ukurannya cukup besar dengan pigura, bisa dihargai sekitar Rp 2,5 juta waktu itu," katanya.

Ia lantas memasarkan produknya melalui berbagai pameran. Tak lupa juga berpromosi ke perkantoran-perkantoran. Sebab, suvenir etnik yang ia hasilkan sebagian diantaranya untuk keperluan barang-barang di kantor, seperti tempat kartu nama, tempat pulpen, dan juga tempat tisu. "Pada awalnya omzet masih sekitar 10 juta," kata Ade.

Seiring berjalannya waktu, bisnisnya semakin berkembang. Dia makin memahami, semakin kental nuansa etnik dalam produknya, peminat pun makin besar. Harga jual pun kian meningkat. Untuk wayang ukuran kecil, misalnya, sekarang ia jual berkisar Rp 200.000 hingga Rp 700.000 per unit. Topeng ukuran kecil ia jual dari harga Rp 200.000 hingga Rp 1 juta.

Agar pasar kian besar, Ade juga tak lupa memakai internet untuk promosi. Cara ini ternyata tak sia-sia. Pesanan ekspor dari luar negeri pun kerap datang, seperti dari Filipina dan Spanyol, meski nilainya masih belum terlalu besar. "Biasanya sekali pengiriman ke luar negeri sekitar Rp 25 juta," kata Ade. (Kontan)

KONTAN Rizki Caturini
Selengkapnya...

Peluang Bisnis Penyedia Akses Internet Sangat Terbuka

Wednesday, February 4, 2009

Peluang bisnis dalam penyediaan perangkat akses internet berjalan masih sangat terbuka. Apalagi penggunaan laptop dan pengakses internet mengalami peningkatan signifikan setiap tahunnya.


"Pengguna internet saat ini meningkat menjadi 30 juta. Namun, masih kecil dibanding China sebesar 300 juta," kata Direktur Penjualan dan Pemasaran Mobile-8, Susanto Susilo, di Jakarta, Rabu (4/2).

Susanto mengatakan, peningkatan popularitas situs-situs jejaring sosial dan pertukaran video lewat situs web telah meningkatkan kebutuhan pelayanan internet broadband. Bahkan, tidak jarang ditemui pengguna yang kecewa karena tidak mendapatkan perangkat akibat kehabisan stok.

Selain itu, saat ini kantong-kantong mahasiswa di kota besar menjadi sasaran empuk melihat animo yang cukup tinggi. Ini juga menambah pangsa pasar setelah sebelumnya internet identik dengan kalangan eksklusif bisnis.

"Anak muda dan mahasiswa akan jadi sasaran pasar yang bagus dalam bisnis ini ke depan," ujar Susanto.


C12-08
Selengkapnya...