Followers

Google
 

Bisnis Jamur Yang Menggiurkan

Sunday, November 22, 2009

Ratidjo memutuskan berhenti sebagai karyawan PT Tuwuh Agung Yogyakarta yang bergerak di bidang ekspor jamur merang ke Amerika tahun 1997. Ia ingin sepenuhnya dekat dengan petani sebagai penyedia bibit. Ratidjo paham benar, jika keadaan petani tidak membaik, terutama dari sisi pemasaran hasil produksi jamur, maka usaha pembibitan yang ia rintis tidak akan berjalan baik.

Sejak itulah lelaki asli Dusun Niron, Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, ini berniat membuka rumah makan yang khusus menyediakan menu olahan jamur. ”Saya hanya ingin menyerap produksi jamur petani yang waktu itu sudah mencapai hitungan ton setiap hari,” tutur Ratidjo pada awal November 2009 di sela-sela padatnya pengunjung Warung Jejamuran miliknya.

Ide itulah yang menuntun Ratidjo membentuk plasma petani jamur di sekitar wilayah Sleman, terutama sekitar lereng selatan Gunung Merapi. Untuk menyediakan kecukupan bibit, di rumahnya Ratidjo membangun laboratorium untuk pengembangan dan pembibitan jamur.

Kini rumah makan dan laboratorium di atas tanah seluas 2.000 meter persegi itu telah mempekerjakan 110 karyawan. Bahkan, hasil bibit jamur Ratidjo sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia. Pencapaian terpenting lelaki yang terjun dalam dunia perjamuran sejak tahun 1968 ini adalah membentuk 50 plasma petani jamur.

”Sekarang seperti manufaktur, saya sediakan bibit, lalu petani membudidayakan, dan saya beli lagi untuk konsumsi lokal di warung. Jadi, kalau budidaya jamur terus bergairah, usaha pembibitan saya akan tetap jalan,” tutur Ratidjo.

Setelah adanya Warung Jejamuran, harga jamur di tingkat petani meningkat. Jika sebelumnya harga jamur tiram Rp 7.000 per kilogram, sekarang Ratidjo membelinya dari petani Rp 9.000 per kilogram. Dulu harga jamur merang Rp 12.000 per kilogram, kini dibeli seharga Rp 17.000 per kilogram. Jika toh terjadi kelebihan produksi, Ratidjo tetap menyerapnya untuk dijadikan olahan jamur kering atau disalurkan kepada pasar swalayan.

Warung Jejamuran yang berlokasi 800 meter ke arah utara dari pertigaan Beran Lor Km 10,5 Jalan Raya Yogyakarta-Magelang itu kini menjelma menjadi ujung tombak pemasaran produksi jamur petani. Setidaknya, dengan sistem kerja sama plasma, petani jamur tak perlu lagi merasa didikte oleh pasar. Ratidjo sejak awal memang bertekad membawa petani keluar dari lingkaran kemiskinan dengan cara membagi ilmu budidaya jamur. Sebuah upaya kecil, tetapi pasti akan sangat berarti di tengah gelimang kesulitan yang terus-menerus menerpa petani kita. (CAN)
Editor: jimbon
Sumber : Kompas Cetak

0 comments: