Followers

Google
 

Manisnya Peruntungan Bisnis Sari Kurma

Tuesday, September 1, 2009

Setiap memasuki bulan Ramadhan seperti saat ini, minuman sari kurma selalu laris. Maklum, kurma memang identik dengan Ramadhan dan Lebaran. Namun, jangan salah, di luar masa Ramdhan pun, ternyata penjualan minuman sari kurma juga tak pernah sepi. Salah satu sebabnya, selain enak, minuman ini dikenal memiliki banyak khasiat. Misalnya mengobati demam berdarah dan memperlancar air susu ibu (ASI).

Ada dua jenis sari kurma yang beredar. Yang pertama adalah sari kurma murni yang berbentuk kental seperti madu. Kedua, sari kurma yang sudah ditambahi gula sebagai pengawet. Cara konsumsinya sama seperti konsumsi madu atau sirup. Namun, kita tidak boleh mengkonsumsinya terlalu banyak karena perut akan panas.

Salah satu perusahaan yang berbisnis sari kurma ini adalah CV Amal Mulia Sejahtera, di Bogor, yang memproduksi minuman sari kurma bermerek Al Jazira. Achmad Fauzi, Kepala Pemasaran Amal Mulia melihat, belakangan, permintaan sari kurma memang terus bertambah. Bahkan, produksi Al Jazira saat ini yang sudah mencapai 15.000 botol per hari atau rata-rata sekitar 375.000 botol per bulan belum mampu memenuhi permintaan pasar.

Soalnya, menurut Achmad, permintaan per hari rata-rata mencapai sekitar 40.000 botol. Nah, kalau bulan puasa seperti sekarang ini, permintaan tersebut bisa naik lima kali lipat. "Kami sampai kewalahan, sehingga harus menggenjot produksi," tuturnya.

Lonjakan permintaan seperti ini juga dialami CV Sehat Prima Lestari yang memproduksi minuman sari kurma bermerek Sahara. Abu Muhammad, pengelola CV Sehat Prima Lestari, mengatakan, permintaan yang ia terima dari agen dan distributor selama bulan puasa ini bisa dua kali lipat permintaan hari-hari biasa. "Permintaan juga naik saat musim haji, karena orang yang tidak mau repot biasanya beli oleh-oleh dari sini," paparnya.

Kini, kapasitas produksi perusahaannya adalah sekitar 50.000 botol perbulan.

Kendala bahan baku

Baik Sahara maupun Al Jazira dibuat dari bahan baku kurma yang diimpor dari Timur Tengah. Harga beli standar buah kurma menurut Abu berkisar antara Rp 9.500 sampai Rp 10.000 per kilogram. "Harga tergantung fluktuasi dollar Amerika Serikat (AS)," kata Abu.

Makanya kalau dollar AS sedang tinggi, CV Sehat Prima Lestari memilih mengurangi pembelian bahan baku kurma. "Ini menjadi kendala buat kita," katanya.

Jenis kurma yang digunakan oleh CV Sehat Prima Lestari adalah jenis red sayer. Pasalnya, tekstur kurma red sayer tidak keras dan mengandung banyak sari buah. Selain itu, kurma jenis ini juga tak mudah busuk.

Sementara, sari kurma Al Jazira menggunakan bahan baku kurma jenis nagel dan Tunisia. Achmad beralasan, jenis kurma tersebut mengandung banyak serat dan sari bush.

Saat ini, CV Sehat Prima Lestari mempekerjakan 15 orang karyawan untuk mengelola usaha sari kurma ini. Sementara itu, CV Amal Mulia yang kapasitas produksinya jauh lebih besar mempekerjakan sebanyak 85 karyawan.

Hanya, walaupun skala bisnisnya berbeda, pasar kedua perusahaan ini sama-sama sudah luas dan merambah berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan sari kurma AI Jazira juga dipasarkan ke Malaysia dan Filipina. Kedua produk sari kurma ini bisa tahan selama satu tahun hingga 1,5 tahun.

Di pasaran, harga jual sari kurma Al Jazira sekitar 22.000 - Rp 45.000 per botol, tergantung wilayah pemasarannya. Namun, harga jual dari pabrik sekitar 10.000 - Rp 15.000 per botol. Sedangkan, harga sari kurma Sahara Rp 25.000 per botol. Adapun harga dari pabrik sekitar Rp 22.000.

\Kedua pengelola CV itu mengaku produk yang mereka produksi selalu terserap pasar. Dari pernjualan sari kurma Sahara, Abu menyebut CV Sehat Prima Lestari bisa meraup margin laba 30 persen-40 persen. Keduanya yakin prospek usaha sari kurma ini cukup besar. Sebab, berbeda dengan minuman biasa, produk ini memiliki banyak khasiat. (Dupla Kartini P.S/Kontan)

0 comments: